Assalamualaikum..
Muna Fitria a.k.a @mamahfaza disini..
Apa kabar semuanya pasca Negara diserang Corona? Mudah-mudahan kita semua selalu dalam perlindungan dan rahmat Allah. Aamin.
Ramadan 1441 H kali ini memang sungguh istimewa. For the first time in forever, kita menjalani bulan Ramadan di tengah pandemi. Akibatnya, banyak tradisi yang biasa kita lakukan dari tahun ke tahun harus dihentikan atau berubah saat Ramadan di tengah pandemi tahun 2020 ini.
Pasalnya, di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) diberlakukan PSBB mulai tanggal 28 April - 11 Mei. PSBB kemudian diperpanjang hingga 25 Mei 2020. Panduan PSBB yang tercantum dalam Peraturan Walikota No.16 Tahun 2020, diantaranya terdapat pembatasan aktivitas di luar rumah, termasuk aktivitas pembelajaran di sekolah, bekerja di tempat kerja, dan kegiatan keagamaan di rumah ibadah [1].
Selain itu, ada juga Fatwa MUI No.14 Tahun 2020 menyatakan bahwa masjid tidak boleh menyelenggarakan shalat berjamaah apapun jika berada dalam kawasan yang potensi penularannya tinggi [2], termasuk Surabaya yang dinyatakan sebagai zona merah.
Nah, berikut beberapa perbedaan drastis yang kualami saat Ramadan di tengah pandemi ini:
Ramadan Terdahulu v.s. Ramadan di Tengah Pandemi
Kumandang adzan
Dulu: 5 kali dalam sehari setiap hari sepanjang tahun, adzan tidak pernah absen dikumandangkan. Apalagi tinggal di perkampungan yang dikelilingi banyak masjid seperti ini, adzan bisa terdengar dari segala arah.Sekarang: Meskipun Fatwa MUI telah dikeluarkan, tapi kenyataannya, beberapa masjid di sekitar masih dibuka untuk jamaah beribadah. Sampai suatu saat, diduga ada jamaah yang positif Covid-19, atau menjadi PDP, masjid di ujung jalan pun akhirnya disegel.
Sejak saat itu, adzan hanya terdengar sayup-sayup, bahkan terkadang tidak terdengar sama sekali. Saat Ramadan di tengah pandemi ini, aku jadi bingung waktu. "Ini udah imsak atau belum sih? Udah waktunya buka belum sih? Kok enggak terdengar adzan?" Akhirnya, for the first time in forever, aku harus menginstall aplikasi adzan di hape. Masya Allah.
Tarawih
Dulu: Sholat tarawih malam pertama Ramadan pasti semarak. Orang-orang bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadan, bahkan bisa memenuhi 2-3 shaf (barisan) sholat. Yah meskipun makin hari shaf-nya makin berkurang. 1 shaf saja terkadang tidak utuh.Sekarang: Masih imbas Fatwa MUI terkait penyelenggaraan ibadah di tengah pandemi, shalat tarawih berjamaah pun ditiadakan. Sebagai gantinya, aku dan keluarga sholat tarawih berjamaah di rumah selama Ramadan di tengah pandemi ini. Tapi karena Suami sebagai imam sholat satu-satunya, saat Suami tumbang, shalat tarawih berjamaah pun ditiadakan. Astagfirullah.
Godaan ke mall
Dulu: Nah ini dia salah satu penyebab berkurangnya shaf salat tarawih: ngemall. Mendekati lebaran, mall makin penuh dan masjid makin sepi. Maklum, diskonan seakan teriak-teriak manggil. Secara kebutuhan lebaran buanyak ya, Mah.1. Baju lebaran keluarga
2. Oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman
3. Kue lebaran
... (daftar bisa berlanjut sampai poin 625)
Sekarang: Berdasarkan pedoman PSBB, hanya gerai yang melayani kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) yang diperbolehkan beroperasi. Ditambah himbauan untuk menerapkan physical distancing dan menghindari kerumunan, jumlah pengunjung mall selama Ramadan di tengah pandemi ini berkurang menjadi 30% dari biasanya [3].
Apalagi dengan kemungkinan tidak bisa merayakan Idul Fitri 1441 H dengan sukacita seperti biasanya - karena dilarang mudik, THR tidak diberikan (seluruhnya), atau terkena PHK - dorongan untuk belanja kebutuhan lebaran pun hilang. Aku sendiri sama sekali tidak menginjakkan kaki di supermarket atau mal sejak himbauan #dirumahaja diserukan pada pertengahan Maret 2020.
Update: Setelah periode cairnya THR, ternyata banyak mall terpantau kembali penuh. *hela napas*
Buka bersama
Dulu: Nah ini dia salah dua penyebab berkurangnya shaf salat tarawih di masjid: buka bersama berbagai kalangan dan komunitas dan alumni sampai bingung bagi waktu dan bagi duit #ehSekarang: Sebagai introvert, (untungnya) aku tidak mempunyai cukup banyak teman yang mengajak buka bersama. Suami lah yang terlihat agak stres karena tidak bisa berkumpul dengan teman-teman biasanya ngopi bareng, nonton bareng, futsal bareng. Sebagai gantinya, seminggu sekali aku buka bersama keluarga adikku yang tinggal berdekatan.
Commuting ke sekolah dan kantor
Dulu: Commuting dari rumah ke kantor atau sekolah bisa memberikan tantangan ekstra saat berpuasa, apalagi kalau jalanan macet dan hawa panas.Sekarang: Karena pelaksanaan PSBB di Surabaya bertepatan dengan Ramadan di tengah pandemi, Si Kakak belajar dari rumah. Suami pun work from home walaupun tidak sepenuhnya. Hikmahnya: puasa jadi terasa lebih ringan. Tidak perlu capek commuting, minim godaan makanan dan minuman yang dijual di luar, pas jam istirahat juga bisa rebahan di kasur. Alhamdulillah.
Si Kakak menonton serial Si Kumbi sebagai bagian dari pembelajaran di rumah |
Makan sahur
Dulu: Selama Ramadan, jalanan sekitar tempat tinggalku bisa berubah seperti food festival pada jam berbuka dan sahur. Anda tidak sempat masak untuk sahur? Jangan khawatir. Penjual makanan sudah ada yang siap sejak jam 2 pagi.Sekarang: Selama PSBB, diberlakukan jam malam mulai pukul 21.00 sampai 04.00. Akibatnya, pedagang makanan sudah banyak yang tutup sejak jam 9 malam. Hari-hari pertama Ramadan di tengah pandemi, Suami harus pulang dengan tangan kosong meskipun sudah berkeliling selama 30 menitan untuk cari makan sahur. Jadi kami harus gerak cepat berburu makan sahur sebelum jam 21.00
10 malam terakhir di bulan Ramadan
Dulu: Setiap kali memasuki malam ke-21 di bulan Ramadan, aku sekeluarga selalu bersemangat. Sebabnya, masjid tempat kami biasa beribadah selalu mengadakan kegiatan i'tikaf (menetap di masjid untuk beribadah) selama 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Kegiatan i'tikaf ini biasanya diisi dengan kajian al-Qur'an dan al-Hadits, nasihat agama, tadarus al-Qur'an, hingga sahur bersama-sama jamaah masjid. Ah. Terasa sekali guyub rukunnya jamaah masjid pada saat seperti ini.Taharrou lailatul qadr di rumah |
Sekarang: Imbas aturan PSBB, kegiatan i'tikaf di masjid pun harus ditiadakan selama masa Ramadan di tengah pandemi. Pada hakikatnya, i'tikaf dilakukan untuk 'memburu' (taharrou) keutamaan lailatul qadr yang diberikan entah kapan diantara malam ke-21 dan malam terakhir di bulan Ramadhan. Jadi meskipun tidak bisa i'tikaf, kami tetap bisa 'memburu' keutamaan lailatul qadr dengan mengikuti kajian dan nasihat agama secara online via Zoom dan tadarus al-Qur'an di rumah.
Saat i'tikaf di masjid, kami 'dipaksa' melekan untuk ibadah sampai subuh, karena ya masak iya ke masjid mau pindah tidur doang. Tapi saat di rumah, ibadah jadi kendor. Jam 11-12 udah tumbang. Astagfirullah. Ternyata selama ini motivasi diri kami kurang.
Baca Juga: Inilah Arti Sebenarnya Menjadi Super Mom
Masa beribadah di rumah bisa jadi kesempatan quality time bersama keluarga dengan pendampingan ibadah anak yang lebih intensif. Setelah solat magrib, kami mulai quality time bersama keluarga dengan tadarus al-Qur'an bersama sambil ku koreksi kesalahan bacaannya. Setelah tarawih, kami berdampingan duduk menyimak kajian di depan laptop. Alhamdulillah Si Kakak betah mengikuti rangkaian kajian online selama 3 jam setiap malam.
Saat i'tikaf di masjid, kami 'dipaksa' melekan untuk ibadah sampai subuh, karena ya masak iya ke masjid mau pindah tidur doang. Tapi saat di rumah, ibadah jadi kendor. Jam 11-12 udah tumbang. Astagfirullah. Ternyata selama ini motivasi diri kami kurang.
Peluang Quality Time dengan Keluarga selama Ramadan di Tengah Pandemi
Ada pepatah mengatakan:Start where you are. Use what you have. Do what you can - Arthur AshePepatah tersebut bermakna "Mulai dari mana pun kamu berada. Gunakan yang kamu punya. Lakukan yang kamu bisa". Artinya, meskipun dilanda wabah penyakit yang berbuntut hilangnya kehidupan sosial dan krisis ekonomi, kita lakukan yang kita bisa dengan apapun yang kita punya - walau seadanya - untuk menjadikan keluarga sebagai tempat yang aman dan nyaman (safe haven).
Baca Juga: Inilah Arti Sebenarnya Menjadi Super Mom
Nah begini caraku mengambil kesempatan selama Ramadan di tengah pandemi ini untuk quality time dengan keluarga:
Masa beribadah di rumah bisa jadi kesempatan quality time bersama keluarga dengan pendampingan ibadah anak yang lebih intensif. Setelah solat magrib, kami mulai quality time bersama keluarga dengan tadarus al-Qur'an bersama sambil ku koreksi kesalahan bacaannya. Setelah tarawih, kami berdampingan duduk menyimak kajian di depan laptop. Alhamdulillah Si Kakak betah mengikuti rangkaian kajian online selama 3 jam setiap malam.
Pengajian online via Zoom setiap malam |
Tidak bisa nge-mall bukan berarti tidak bisa belanja kan. Belanja online juga bisa jadi kesempatan quality time dengan keluarga loh. Rebahan di kasur sama anak-anak sambil kepoin online shops dan market place, pilih-pilih mau beli baju yang mana. Nyaman kan?
Karena tidak ada jadwal buka bersama di luar, Mamah punya sebulan penuh untuk buka bersama keluarga. Aku manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini untuk bisa quality time dengan keluarga adikku yang tinggal berdekatan. Setiap minggu kami buka bersama, anak-anakku bisa bermain bersama sepupunya. Alhamdulillah bisa jadi pelipur rasa kesepian Si Kakak. Sayangnya kami sama sekali tidak bisa bertemu keluarga adikku yang tinggal di luar kota selama Ramadan di tengah pandemi ini, huhu..
Kita bisa memperkuat bonding dengan tradisi keluarga, dan banyak tradisi keluarga baru yang bisa tercipta selama Ramadan di tengah pandemi ini. Misalnya, setelah sholat magrib adalah waktunya tadarus bersama, sholat tarawih berjamaah di rumah, nonton acara TV favorit saat sahur atau berbuka.
Berikan anak tanggung jawab dalam kegiatan sehari-hari selama Ramadan di tengah pandemi supaya anak merasa menjadi bagian penting dari keluarga. Misalnya saat tarawih berjamaah di rumah, Papah yang jadi imam sholat, Si Kakak yang adzan dan iqomah. Atau untuk buka puasa tiap hari, Mamah yang masak, Si Kakak yang meng-handle takjil minuman.
Kalau Mamah gimana? Apa yang berbeda pada Ramadan di tengah pandemi ini? Bagaimana Mamah menciptakan quality time dengan keluarga? Mamah bisa share ceritanya di kolom komentar.
Sumber:
[1] https://surabaya.go.id/id/info-penting/54557/perwali-tentang-pedoman-pembata
Karena tidak ada jadwal buka bersama di luar, Mamah punya sebulan penuh untuk buka bersama keluarga. Aku manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini untuk bisa quality time dengan keluarga adikku yang tinggal berdekatan. Setiap minggu kami buka bersama, anak-anakku bisa bermain bersama sepupunya. Alhamdulillah bisa jadi pelipur rasa kesepian Si Kakak. Sayangnya kami sama sekali tidak bisa bertemu keluarga adikku yang tinggal di luar kota selama Ramadan di tengah pandemi ini, huhu..
Kita bisa memperkuat bonding dengan tradisi keluarga, dan banyak tradisi keluarga baru yang bisa tercipta selama Ramadan di tengah pandemi ini. Misalnya, setelah sholat magrib adalah waktunya tadarus bersama, sholat tarawih berjamaah di rumah, nonton acara TV favorit saat sahur atau berbuka.
Setelah sholat magrib adalah waktunya tadarus al-Qur'an bersama |
Berikan anak tanggung jawab dalam kegiatan sehari-hari selama Ramadan di tengah pandemi supaya anak merasa menjadi bagian penting dari keluarga. Misalnya saat tarawih berjamaah di rumah, Papah yang jadi imam sholat, Si Kakak yang adzan dan iqomah. Atau untuk buka puasa tiap hari, Mamah yang masak, Si Kakak yang meng-handle takjil minuman.
Kalau Mamah gimana? Apa yang berbeda pada Ramadan di tengah pandemi ini? Bagaimana Mamah menciptakan quality time dengan keluarga? Mamah bisa share ceritanya di kolom komentar.
Selamat menikmati quality time dengan keluarga walau di tengah pandemi :)
Sumber:
[1] https://surabaya.go.id/id/info-penting/54557/perwali-tentang-pedoman-pembata
[2] https://mui.or.id/berita/27674/fatwa-penyelenggaraan-ibadah-dalam-situasi-terjadi-wabah-covid-19/
[3] https://www.gatra.com/detail/news/479591/ekonomi/-ini-aturan-mall-di-surabaya-selama-psbb
Komentar
Masa pandemi ini bisa lebih quality time bareng keluarga dan aku juga lebih rajin nguplek di dapur mba hihiii
Kalo aku sih boro-boro nguplek di dapur, selonjoran aja enggak sempat, haha.