Langsung ke konten utama

Sudah Tahu Belum Cara Mudah Kelola Keuangan Sendiri? Coba 5 Tips Andalanku Ini

Assalamualaikum.
Muna Fitria a.k.a @mamahfaza disini.

banner artikel tentang cara mudah kelola keuangan sendiri

Sebelum tahu cara kelola keuangan pribadi, aku pernah berada dalam fase dimana waktunya gajian = waktunya belanja. Karena sudah lama kepingin beli ini itu dan sekarang aku merasa punya uang, langsung bae order sana sini. Lihat saldo di rekening, "Ah. Masih banyak." Tapi pas pertengahan bulan bingung karena ternyata uang segitu tidak cukup untuk makan sampai akhir bulan.

Itu dulu. Alhamdulillah terus belajar dan trial-and-error cara mengelola keuangan sendiri sampai akhirnya menemukan sistem yang tepat. 

Cara mudah kelola keuangan sendiri ini sudah aku lakukan selama bertahun-tahun sampai kini sudah beranak tiga. Hasilnya? Alhamdulillah setidaknya keluarga kami bebas hutang sampai sekarang. Mau tahu gimana caranya? Aku jelasin satu-satu di bawah ini yah.

1. Set Budget

Budget adalah rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu. Budget (menurutku) juga bisa disebut alokasi dana.

Set budget artinya merencanakan akan digunakan untuk keperluan apa saja pemasukan yang kita dapat, dan seberapa banyak untuk masing-masing keperluan.

Langkah pertama untuk bisa menata keuangan adalah set the budget and stick to it

Cara mengatur budget

Pertama, kita harus tahu apa saja kebutuhan hidup kita, atau yang biasa disebut pos pengeluaran. Sebagai contoh, pos pengeluaran keluarga dengan anak pada umumnya terlihat seperti ini:

  • keperluan rumah, termasuk tagihan listrik, air, dan gas;
  • kebutuhan rumah tangga, termasuk perlengkapan mandi dan produk kebersihan rumah;
  • makanan, termasuk beras, air minum galon, dan belanja kebutuhan dapur;
  • kebutuhan anak-anak, termasuk popok, susu, dan jajan;
  • dan lainnya.

Pos pengeluaran pribadi pastinya jauh berbeda dengan yang sudah berkeluarga. Berikut ini contohnya:

Kebutuhan akomodasi, seperti biaya kos atau kontrakan;
Kebutuhan transportasi, seperti biaya bensin dan ojek online;
Kebutuhan makan, termasuk air minum galon; 
Kebutuhan perawatan diri, seperti perlengkapan mandi, kosmetik;
dan lainnya. 

Budget rules

Budget rule adalah anjuran mengenai untuk apa seharusnya kita menghabiskan gaji dan seberapa banyak yang idealnya kita keluarkan.

Kenapa harus pakai budget rule? Bisa jadi kita menghabiskan seluruh gaji untuk dibelanjakan tanpa ada yang disisihkan untuk tabungan. Atau, hidup kita jadi mencekam karena diteror tagihan cicilan dari sana sini. Atau, jangan-jangan kita keberatan gaya hidup.

Anjuran alokasi gaji ini bisa membantu kita membatasi pengeluaran tertentu dan memastikan tetap ada uang yang terselamatkan untuk tabungan atau investasi.

Ada beberapa budget rules yang diusulkan oleh perencana keuangan, diantaranya:

cara mudah kelola keuangan sendiri

50/30/20. Ini adalah budget rule yang paling populer. Yang menarik dari aturan ini adalah adanya reward untuk diri kita. Sudah kerja banting tulang, kita berhak menikmati hasil keringat kita dong. Entah dengan makan enak di restoran, atau 1 jam pijat full-body, atau baju baru, kita memberi hadiah pada diri sendiri atas kerja keras yang kita lakukan dengan harapan kita bisa terus semangat cari cuan.
cara mudah kelola keuangan sendiri

70/20/10. Jika rule sebelumnya mengalokasikan 50% untuk kebutuhan hidup termasuk cicilan, rule ini membatasi cicilan atau hutang tidak boleh lebih dari 20% dari pendapatan. Tapi kalau ternyata jumlah cicilan kurang dari 20%, atau bahkan tidak punya cicilan (woohoo!), maka bisa disimpan untuk tabungan.

cara mudah kelola keuangan sendiri

30/30/30/10. Budget rule yang satu ini mungkin paling cocok untuk yang lagi banyak cicilan yah, haha. Tapi menurut aturan ini, sebanyak-banyaknya cicilan adalah 30% dari pendapatan. Kalo lebih, kita bisa keberatan hutang jadinya, hyung.










Budget rule yang aku pakai adalah 70/20/10 karena pengeluaran untuk 3 anak tidak sedikit, kisanak. Anggap saja pemasukan bulanan keluargaku 5 juta. Begitu uang diterima, langsung aku bagi sesuai budget.
3,5 juta untuk kebutuhan hidup
1 juta untuk tabungan karena alhamdulillah enggak ada cicilan, dan
500 ribu untuk kebutuhan sekunder.

Anggaran 70% untuk kebutuhan hidup pun masih harus dibagi lagi ke dalam pos-pos pengeluaran seperti contoh di atas. Dengan begini, aku tahu bahwa meskipun masih ada uang jutaan rupiah, jatah kebutuhan sekunder (misalnya: beli baju buat aku atau beli buku buat anak) cuman 500 ribu. Jadi aku enggak gampang kalap belanja sampai menghabiskan uang yang seharusnya untuk hal lain.

Tentukan budget rule mana yang sesuai untuk kelola finansial kalian sendiri. Karena income dan kebutuhan tiap orang berbeda dan gak bisa disamaratakan. 

2. Jangan kumpulkan uang jadi satu

Trik kelola keuangan ini bertujuan agar pembagian budget jadi makin mudah dan jelas; bukan hanya perhitungan di atas kertas. Kalau uang masih jadi satu dalam rekening, misalnya, akan susah melacak kemana perginya serpihan-serpihan rupiah kita; apalagi jika tidak dicatat. Ujung-ujungnya bisa overspending alias melebihi budget.

Sistem amplop adalah trik mengatur keuangan yang diberikan dan diteladani almarhumah Ibuku. Cara simpel ini menggunakan amplop untuk memisahkan pos-pos pengeluaran. Jadi ada amplop untuk uang makan, amplop untuk uang transportasi, amplop untuk tabungan, dan seterusnya. 

Jaman dulu kan jarang ada uang digital ya. Jadi gaji Ibuk yang semuanya dalam bentuk uang tunai langsung dipisahkan sesuai budget dan dimasukkan ke dalam amplopnya masing-masing. Jadi enggak ada tuh ceritanya beli skincare pake jatah uang makan. 

Kalau jaman sekarang, rasanya sudah banyak produk inovatif yang bisa menggantikan fungsi amplop untuk budgeting. Contohnya:

Dompet khusus. Pernah lihat enggak iklan dompet yang didalamnya ada kantong-kantong plastik? Nah bisa jadi dompet ini lebih praktis ketimbang amplop. Lebih mudah dibawa bepergian, lebih ringkas dan tidak berceceran karena dijadikan satu dalam dompet, lebih estetik juga pastinya. Itu asumsiku sih. Aku sendiri belum pernah coba pakai. 

Uang digital. Kalau ada beberapa rekening bank atau akun dompet digital, menurutku sih lebih baik satu rekening atau akun diperuntukkan satu macam pengeluaran. Misalnya, akun XXXPay hijau untuk jajan, akun XXXPay orens untuk belanja keperluan pribadi, rekening BBB untuk bayar cicilan, dan lainnya. Is it possible? Let us know in the comment karena aku sendiri lebih suka cash, hehe.

3. Pilih uang tunai (kalau bisa) 

I know, I know. Cara menata keuangan ini bisa dibilang kuno sebab hari gini kan era transaksi digital. Tapi seperti yang aku ceritakan sebelumnya, cara mengelola keuangan yang aku teladani dari Ibuku adalah sistem amplop yang menggunakan uang tunai. Somehow aku merasa nyaman dengan metode ini karena ada beberapa manfaat yang aku rasakan.

Dengan minimalnya uang digital, transaksi online pun seakan dipaksa untuk berhenti. Tahu sendiri kan serangan iklan ada dimana-mana. Buka social media, iklan seliweran di Timeline dan Stories. Banyak grup Whatsapp yang memberi kesempatan anggotanya untuk buka lapak di hari tertentu. Status Whatsapp isinya juga dagangan semua. Dengan kemudahan order dan transaksi, wah keuangan bisa gampang jebol hyung kalo enggak kuat iman.

4. Menabung di awal

Setiap ada yang tanya gimana cara mudah kelola keuangan supaya bisa menabung, jawabanku selalu sama: dahulukan menabung sebelum membelanjakan uang untuk lainnya. Begitu ada uang masuk, sesuai budget rule yang aku pakai, 20% langsung aku ambil dan masukkan ke dalam amplop tabungan. Karena sesungguhnya kalau menabung harus menunggu ada sisa uang, yang sering kejadian sih uang enggak bersisa. Ya gak?

Tabungan VS Investasi

Dari yang aku pahami dari beberapa edukasi finansial, tabungan dan investasi itu harus dibedakan. Uang simpanan sebaiknya diinvestasikan supaya bisa "berkembang" dan kita bisa mencapai tujuan menabung. Tapi jangan semuanya digunakan untuk investasi, sebab bagaimanapun juga kita tetap akan butuh uang tunai sewaktu-waktu. CMIIW.

Dari budget 20% untuk saving, 10% aku masukkan dalam amplop dana darurat dan 10% dalam amplop investasi. Saat uang dalam amplop investasi kira-kira sudah cukup terkumpul, akan aku tukarkan dengan either emas 1 gram, atau saham 1 lot, atau mata uang asing $100, misalnya.

Meskipun jumlah dana darurat ideal untuk keluarga dengan 3 anak adalah 12 kali pengeluaran bulanan, sejujurnya tabungan kami enggak pernah terkumpul sampai sebanyak itu. Selalu ada saja keperluan mendadak dan mendesak yang membutuhkan banyak biaya sehingga kami harus merogoh amplop dana darurat karena itu satu-satunya "uang tunai nganggur" yang kami punya.

Dengan adanya tabungan, meskipun nominalnya masih jauh dari jumlah ideal, kami selalu ada "persiapan" saat ada pengeluaran tak terduga. Dengan begitu kami jadi bebas hutang kan, jadi kami masih menang banyak. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Alhamdulillah.

Untuk yang masih single, nominal dana darurat yang ideal adalah 6 kali jumlah pengeluaran bulanan. 

5. Catat pengeluaran dan pemasukan

Ini adalah sistem yang harus dijalankan jika mau kelola keuangan sendiri. Fungsi pencatatan arus kas ini banyak banget. Kalian bisa baca lebih lengkap di website finasial ya, tapi intinya adalah untuk evaluasi keuangan.

Yang bisa dipantau dari pencatatan pengeluaran salah satunya adalah "bocor alus" atau dikenal dengan istilah the latte factor. Ini adalah pengeluaran yang kelihatannya remeh karena nominalnya kecil, tapi tanpa terasa lama-lama menjadi bukit karena sering kita belanjakan.

Salah satu contoh latte factor dalam keluarga kami adalah jajan anak-anak. Setelah dievaluasi dari catatan pengeluaran, ternyata anak-anak bisa menghabiskan hampir 400 ribu untuk jajan sebulan! Dari sini kami bisa pertimbangkan untuk mengerem biaya jajanan anak. Alhamdulillah catatan terakhir menunjukkan budget snack menyusut menjadi 300 ribu lebih dikit :)

Kalau latte factor untuk kaum single sepertinya order makanan online. Ya gak sih? Dikit-dikit order online, enggak kerasa ongkirnya yang cuma berapa ribu rupiah terakumulasi hingga ratusan ribu. 

Gunakan aplikasi untuk mencatat arus kas. Alasannya sesimpel karena hape selalu lengket sama tangan kita kan, haha. Jadi begitu selesai membelanjakan uang, langsung catat di hape. Aplikasi yang aku gunakan selama bertahun-tahun ini adalah Money Manager. Selain itu, aku juga buat rekapan pemasukan dan pengeluaran bulanan selama setahun di Excel

Itulah 5 cara mudah kelola keuangan sendiri yang sudah aku terapkan selama beberapa tahun terakhir. Kalau kalian gimana? Punya trik andalan untuk kelola keuangan juga enggak? Boleh dong kasih tahu bocorannya di kolom komentar, hehe. 

Semoga kita semua selalu diberi rejeki yang halal, lancar, melimpah ruah, dan berkah. Aamin! 

Komentar

Ranny mengatakan…
Setuju banget mbak harus set bujet di awal, mesti alokasikan berapa banyak untuk kebutuhan rumah, dana darurat, investasi. Kalau saya juga, suka pake sistem amplop untuk belanja mingguan hehehe lebih terkontrol sih ya. Dan sekarang lebih ketat untuk alokasikan dana ke instrumen investasi.
Amin amiiin untuk doadoa baiknya, semoga sehat dan lancar rezekii. ^^

Popular Posts

CARA MEMBUAT BULLET JOURNAL UNTUK PEMULA: HABIT TRACKER

Assalamualaikum Muna Fitria a.k.a. @mamahfaza disini Kita semua perlu punya kebiasaan baik yang berfaedah dalam hidup. Kalau sampai sekarang masih belum punya, berarti kita harus pilih satu kebiasaan baik yang ingin kita lakukan dan mulai menanamkannya sampai jadi rutinitas. Nah, habit tracker bisa membantu proses ini. Kita bisa menuliskan kegiatan apapun yang kita ingin rutinkan dan catat untuk memantau bisakah kita istiqomah. Misalnya, ingin rutin menghindari makan gorengan demi menghindari kolesterol? Tulis di habit tracker dan mulai wujudkan. HABIT TRACKER ADALAH ... "Habit Tracker" diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti "Pencatat Kebiasaan". Lalu kenapa kita harus mencatat kebiasaan (tracking habits) ? Penggagas Bullet Journal, Ryder Carroll, dalam salah satu videonya menyampaikan bahwa Habit Tracker adalah salah satu cara sederhana untuk membuat diri kita lebih berkomitmen untuk merutinkan suatu kebiasaan baik (habit). Saat kita ingin mengubah sua

Checklist Isi Tas Persiapan Melahirkan Caesar di Rumah Sakit

Assalamualaikum.. Muna Fitria a.k.a @mamahfaza disini.. Minggu ini, kehamilanku memasuki minggu ke-37. Sebenarnya HPL Baby No.3 ini masih sekitar pertengahan Januari. Tapi karena dia harus dilahirkan secara Caesar, maka operasi dijadwalkan 2 minggu lagi. Sambil menunggu hari-H, jangan sampai lupa, Mah! Ada satu hal penting yang harus dipersiapkan menjelang persalinan, yaitu mengepak tas untuk dibawa saat melahirkan ke rumah sakit. Pastinya kita tidak mau ada yang tertinggal saat menginap di rumah sakit kan. Sebaiknya isi tas persiapan melahirkan ini sudah dipersiapkan sekitar 2 minggu sebelum HPL, just in case si janin lahir lebih awal dari tanggal perkiraan. Saat melahirkan Caesar biasanya dibutuhkan waktu sekitar 3-4 hari untuk tinggal di rumah sakit . Mamah harus  check-in sehari sebelum operasi untuk berbagai pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dengan dokter anestesi. Umumnya Mamah sudah diperbolehkan pulang sehari setelah operasi , kecuali ada kondisi yang meng

BULLET JOURNAL INDONESIA UNTUK PEMULA: MONTHLY LOG

Assalamualaikum.. Muna Fitria a.k.a @mamahfaza disini.. Masih dalam rangkaian Tutorial Bullet Journal untuk Pemula, setelah Future Log dan Habit Tracker, sekarang ku akan berikan step-by-step cara membuat Monthly Log. Mumpung masih semangat tahun baru, moga-moga masih semangat bikin bullet journal juga yaaah. Let's get it ! MONTHLY LOG ADALAH ... Monthly Log jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti "Catatan Bulanan". Jadi Monthly Log adalah catatan jadwal acara, peristiwa, atau rencana kegiatan dalam sebulan . Awalnya memang begitu, tapi bukan Bullet Journal namanya kalau tidak bisa disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya. Kita bisa menambahkan fitur apapun yang kita butuhkan ke dalam Monthly Log. Misalnya, mau sekalian digabungkan dengan Habit Tracker atau mau menambahkan target bulan ini yang harus dicapai. Boleeeh.. Custom made ajah.. Baca juga: 5 Kunci Wujudkan Mimpi Finansial MONTHLY LOG DI BULLET JOURNAL BISA DIGUNAKAN UNTUK APA?