Kalau gadis kecil ini, perkenalkan, namanya Hoala.
Suatu malam, Hoala tiba-tiba terbangun dari tidur. Ayah Hoala yang kaget langsung berlari menghampiri. Ayah masuk ke kamar Hoala untuk mengecek keadaannya. Ayah Hoala menyalakan lampu kamarnya.
Ternyata Hoala bermimpi buruk! Dia takut pada hewan-hewan buas yang mengintip dari balik tempat tidurnya. "Ada rubah ngintip.. ngintip.. ngintip..", katanya.
Normalkah?
Apakah normal jika anak seusia Hoala takut pada mimpi buruk?
Tentu saja. Mengalami ketakutan adalah bagian dari perkembangan anak. Agar bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang cakap, anak-anak perlu mempunyai pengalaman menangani rasa takut.
Waduh. Lalu bagaimana dong? Padahal kan setiap orangtua pasti ingin mengajarkan anak menjadi pemberani.
Mempunyai ketakutan bukan berarti anak menjadi penakut. Mengatasi rasa takut adalah sebuah keterampilan yang bisa diasah kok, Mah. Anak akan makin mahir mengalahkan rasa takutnya jika dia terus berlatih.
Sebelum mengajarkan anak menjadi pemberani, kita cari tahu dulu yuk apa yang sebenarnya membuat anak takut.
Apa yang anak takuti?
Semua anak memiliki ketakutan masing-masing, namun anak pada rentang umur yang sama umumnya takut akan hal yang sama pula.
Seperti halnya Hoala, mimpi buruk mulai sering dialami anak usia 4-6 tahun. Pasalnya, anak seusia ini belum bisa membedakan fantasi dengan realita. Mereka menganggap sosok seram dalam imajinasi atau mimpi mereka adalah nyata.
Si Rubah yang ngintip Hoala tidur |
Usia 5-12 bulan. Benda yang datang mendekat dan suara mengejutkan dapat membuat bayi pada usia ini merasa takut. Mereka juga bisa merasa was-was terhadap orang asing.
Usia 1-3 tahun. Separation anxiety dapat menjadi sumber ketakutan batita. Mereka takut ditinggal sendirian. Mereka masih sangat bergantung pada orangua.
Usia 4-6 tahun. Selain mimpi buruk, kebanyakan balita juga takut kegelapan. Karenanya, waktu tidur malam bisa menjadi waktu yang menegangkan bagi balita. Ada apa itu di bawah tempat tidur yang gelap? Suara apa itu dari dalam lemari?
Usia 7 tahun. Anak-anak di usia ini mulai takut akan bahaya yang bisa mengancam kehidupan mereka, misalnya bagaimana jika terjadi bencana alam, atau kecelakaan, atau kejahatan? Biasanya ketakutan ini dipengaruhi oleh tontonan di TV atau film.
Usia 8-9 tahun. Muncul kekhawatiran akan kehidupan sekolah, seperti tugas-tugas, nilai ulangan, dan pergaulan dengan teman.
Usia 10-12 tahun. Seringkali anak seusia ini takut ketinggian, pada anak yang lebih tua, mendapat nilai jelek, dan jika orangtua marah.
Bagaimana mengatasinya?
Setelah mengenali apa yang membuat anak takut, barulah bisa mengatur strategi untuk mengajarkan anak menjadi pemberani dan mengatasi rasa takutnya. Berikut beberapa caranya:
Biasakan bertemu orang asing. Untuk bayi di bawah 1 tahun, bantu bayi 'berkenalan' dengan orang selain pengasuhnya. Ajak bayi bertemu beragam orang sambil terus mendekapnya dalam gendongan agar bayi merasa aman. Lambat laun, orang-orang tidak akan lagi terasa asing bagi bayi.
Latihan perpisahan. Mamah dapat melatih batita agar terbiasa terpisah dari Mamah. Tinggalkan batita sebentar sambil bilang, "Kamu tunggu disini ya. Sebentar lagi Mamah balik."
Saat kembali, berikan pelukan dan senyuman. Katakan, "Terima kasih sudah menunggu." Dengan begini, batita belajar bahwa Mamah akan selalu kembali setelah meninggalkannya.
Tenangkan anak. Saat anak sedang ketakutan, berikan pelukan agar anak merasa aman karena ada orangtua di sisinya untuk melindunginya. Juga berikan kata-kata yang menenangkan seperti kata Ayah Hoala dalam lagu anak Hoala & Koala "Rubah Ngintip" ini.
Bicarakan dengan anak. Jika anak sudah bisa bicara, bantu anak untuk mengutarakan perasaannya. Seperti Hoala yang mengungkapkan ketakutannya dengan nyanyian "Ada rubah ngintip.. ngintip.. ngintip.." Dengarkan anak dengan tenang dan tidak menghakimi atau menyangkal.
Ritual sebelum tidur. Untuk anak yang takut kegelapan, lakukan rutinitas sebelum tidur yang menenangkan. Bacakan cerita, nyanyikan lagu, atau berdoa bersama.
Batasi paparan konten menyeramkan dari gambar, video, film, atau buku. Bacaan atau tontonan tersebut dapat menumbuhkan ketakutan.
Hadapi rasa takut. Dampingi anak untuk perlahan menghadapi rasa takutnya. Misalnya, sama-sama periksa apakah ada monster di bawah tempat tidurnya. Dengan begitu, anak akan tahu sendiri bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan.
Persiapan matang. Bantu anak untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum menghadapi tantangan seperti tes, tugas sekolah, atau pertunjukan. Yakinkan anak bahwa Mamah percaya mereka bisa melakukannya.
Hoala dan Koala
Nah. Perkenalkan. Kalo ini, keluarganya Hoala. Ada Ayah dan Ibu, juga Koala.
Hoala dan Koala ini adalah sepasang sahabat yang senang bernyanyi. etapi bukan cuma mereka berdua, yang lain juga bisa bernyanyi dengan merdu kok. Sudah dengar suara Ayah Hoala di lagu "Rubah Ngintip" tadi? Beda tipis kan ya sama Ardhito Pramono. wkwkwk.
oiya btw kalian sudah dengar sendiri kan lagu "Rubah Ngintip" di atas? How crazy that is.
Lagu anak bergenre jazz? Wow. Cuman Hoala & Koala yang punya. Selain jazz, dan children pop tentunya, mereka juga punya lagu anak dengan genre big band, swing, J-Pop, sampe musik etnik.
Selain genre, alat musik yang digunakan pun beragam. Bahkan banyak instrumen yang tidak biasanya dipakai dalam pembuatan lagu anak, seperti saxophone, terompet, double bass, trombon, klarinet, cello, dan harpa. Tak ketinggalan instrumen etnik khas Indonesia seperti gamelan dan angklung.
Lagu-lagu anak Hoala & Koala memang digarap serius. Sejumlah musisi internasional pun dilibatkan dalam pengerjaan aransemen musik Hoala & Koala.
Sang kreator Hoala & Koala punya mimpi besar untuk membuat lagu anak-anak naik level, berkelas, berkualitas, sehingga bisa membangun kembali kejayaan dunia musik anak-anak yang sempat lesu selama bertahun-tahun.
Lagu-lagu anak Hoala & Koala bisa ditonton di channel Youtube Hoala & Koala - Lagu Anak-anak Indonesia, juga bisa didengarkan di Spotify Hoala & Koala. Sudah ada 6 album dengan 54 lagu yang bisa menyemarakkan hari-hari anak.
Selamat bernyanyi bersama Hoala & Koala, Mah :)
Sumber:
Komentar
Ternyata dengan mendengarkan musik dan lagu, bisa berdampak besar ya untuk tumbuh kembang anak. Terimakasih informasinya
Banyak pelajaran lain yang dapat dipelajari, salah satunya mengajarkan anak jadi pemberani tanpa merasa didikte oleh kita orangtua.
Terima kasih atas tips kerennya. BTW, Hoala & Koala bagus juga ya untuk anak-anak. Kayaknya bakalan cocok untuk si bungsu nih.
Belajar sambil bernyanyi bersama Hoala dan Koala memang terasa menyenangkan.
tapi juga sangat edukatif ya mbak
Insyaallah lagu anak Indonesia bisa naik level dan memang terbukti beberapa waktu lalu Hoala dan Koala ada di newyork. Yeayyy
Ini bagus banget untuk memdampingi anak-anak.