Kali ini aku ingin berbagi pengalaman merawat anak dengan alergi susu sapi. Si Kakak, anak pertamaku, ketahuan memiliki alergi susu sejak bayi.
Kok Bisa Anak Alergi Susu Sapi?
Seseorang bisa mempunyai alergi sebab ada kecenderungan genetik. Jika tidak ada kerabat dekat dengan alergi, peluang anak mempunyai alergi hanya sekitar 12%. Kemungkinannya meningkat menjadi 30 - 50% jika salah satu orangtua menderita alergi. Namun jika keduanya memiliki alergi, risikonya meningkat menjadi 50 - 80%. Terlebih jika sang ibu yang mempunyai alergi, peluang munculnya alergi pada anak akan makin besar [1].
Dalam kasus Si Kakak, kedua orangtuanya punya alergi. Papahnya menderita rhinitis (peradangan rongga hidung) akibat alergi; dan Mamahnya (aku) punya asma akibat alergi. Ditambah dengan riwayat alergi di keluargaku yang turun temurun, risiko alergi Si Kakak makin besar.
Jika Mamah mau mencari tahu seberapa besar risiko anak menderita alergi, Mamah bisa periksa di www.cekalergi.com. Di sana Mamah akan diberi beberapa pertanyaan mengenai riwayat alergi dalam keluarga untuk mengetahui persentase risiko alergi anak.
Pertama Kali Tahu Anak Alergi Susu Sapi
Si Kakak bisa langsung muncul reaksi alergi sejak bayi sebab dia langsung diberi minum susu formula setelah lahir. I know. This breaks my heart too, huhu.. Jadi begini ceritanya. Berhubung aku melahirkan melalui bedah Cesar darurat, aku tidak bisa melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IDM). Setelah bayi lahir, aku langsung ditidurkan (dibius total). Aku baru dipertemukan dengan bayiku keesokan harinya di waktu sore dan Alhamdulillah aku langsung bisa direct breastfeeding (menyusui langsung). Yang tidak aku tahu, ternyata selama 30 jam sebelum bertemu aku, bayiku sudah diberi minum susu formula! Bukannya tanpa persetujuan orangtua. Lha wong suamiku sendiri yang membelikan sufor atas permintaan perawat. Sayangnya, karena belum ada pengalaman merawat bayi alergi susu sapi, suamiku memilih susu formula biasa.
Ketidaktahuan kami berlanjut hingga setelah kami pulang dari RS. Berniat untuk boosting ASI, aku minum susu untuk ibu menyusui. Ditambah lagi, aku tidak pantang makanan. Semua yang dimasak (almh.) Ibu Mertua, aku makan. Apalagi saat itu aku inget banget Bumer rajin kasih aku putih telur untuk membantu proses penyembuhan luka jahitan di perut. Supaya cepat kering, katanya. wkwkwk.. I swear to God. We were so clueless as parents back then. Astagfirullah..
Jadilah Si Kakak sudah menunjukkan reaksi alergi sejak bayi. Sayangnya, aku tidak cepat menyadari bahwa ini semua adalah reaksi alergi:
- Pipinya memerah; terkadang hanya terlihat seperti bintik-bintik, tapi di lain waktu terlihat seperti luka lecet yang berair.
- Napasnya berbunyi “grok..grok.." Saat malam, "grok..grok.."-nya sering makin parah dan baru mereda menjelang subuh. Terkadang, terdengar seperti hidungnya buntu. Karenanya, bayiku cenderung lebih rewel pada malam hari dan susah tidur.
- Kepalanya berkerak parah; hampir seluruh permukaan kulit kepalanya tertutup busik.
Barulah setelah konsultasi, dokter spesialis anak mendiagnosa bahwa yang terjadi pada Si Kakak ini adalah reaksi alergi susu sapi. Selanjutnya, Si Kakak harus minum Pregestimil, susu hipoalergenik khusus untuk bayi 0 - 12 bulan. Aku juga harus menghindari makanan pencetus alergi (alergen) seperti seafood, telur, kacang, dan susu, karena Si Kakak masih menyusu dari aku juga.
Anak Alergi Susu Sapi Sampai Usia Berapa?
Biasanya, alergi susu hilang dengan sendirinya pada saat seorang anak berusia 3 sampai 5 tahun [3], tetapi sekitar 80% anak baru akan hilang alerginya setelah usia 16 tahun [4], termasuk Faza. Sampai usianya 10 tahun per 2020 ini, alergi susu sapinya masih ada. Meskipun tidak separah saat kecil dulu, tapi gejala alerginya masih akan kambuh setelah dia makan sebatang cokelat, salah satunya.
Reaksi alergi yang muncul biasanya batuk dan hidung tersumbat yang hanya akan kambuh saat malam. Begitu menjelang subuh, biasanya nafasnya sudah agak lega dan dia baru bisa tidur. Yah begitulah salah satu tanda khas batuk alergi.
Hikmah dari Pengalaman Merawat Bayi Alergi Susu Sapi
Memang sih pengalaman bayi dengan alergi susu sapi ini terasa pahit pahit manis. Namun, there's always a silver lining in every mushroom clouds. Beneran deh. Pengalaman pertamaku merawat bayi alergi susu sapi ini jadi pelajaran berharga banget untuk merawat dua anakku lainnya:
- Memilih rumah sakit yang pro ASI untuk tempatku melahirkan.
- Trial and error.
Mempunyai alergi bukan berarti selamanya anak harus menghindari alergen. Kita harus tes dulu bagaimana reaksi tubuh anak terhadap alergen tersebut. Sebagai contoh: es krim umumnya dapat memicu alergi karena mengandung susu. Tapi ternyata beda merk es krim, beda juga reaksi alerginya. Mungkin karena kandungan susu es krim A jauh lebih banyak dibanding es krim B. Jadi bukannya tidak boleh makan es krim sama sekali, tapi boleh makan es krim yang merk ini saja.
Dengan anakku yang kedua dan ketiga pun aku juga melakukan trial and error. Karena risiko alergi mereka juga tinggi, aku melakukan percobaan sejak MPASI. Coba aku beri makan telur. Apakah timbul reaksi alergi? Jika tidak, maka telur bisa dimasukkan dalam daftar menu. Jika iya, ya udah dadah bye-bye untuk sementara waktu.
- Lebih perhatian dan teliti mengamati kesehatan anak.
Pengalaman bayi alergi susu melatih aku agar lebih cermat mengamati kondisi kesehatan anak. Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, aku harus memperhatikan gejala alergi yang mungkin muncul setelah anak makan / minum / melakukan sesuatu. Aku harus tahu secara pasti apa yang memicu alergi supaya bisa dihindari.
- Memilih dokter anak langganan.
Mempunyai dokter anak yang tahu rekam medis anak sejak lahir sangat membantuku merawat anak dengan alergi susu sapi. Sang dokter tahu dan hapal betul dengan kondisi dan riwayat kesehatan anak, sehingga setiap ada gejala sakit atau keluhan kesehatan, diagnosa dan pengobatannya pun lebih tepat. Selain itu, aku juga bisa konsultasi secara berlanjut mengenai perawatan anak alergi susu sapi di rumah.
Alhamdulillah aku bisa bertahan dengan DSA yang sama selama 10 tahun. Sejak Si Kakak lahir sampai anak ketiga, semuanya aku bawa periksa kesana. Percaya deh. Akan lebih enak dan memudahkan buat kita orangtua kalau punya dokter anak langganan.
Semoga Mamah diberi kemudahan dalam merawat anak dengan alergi susu sapi.Semoga sehat dan bahagia selalu.
____________________
Disclaimer:
Artikel ini ditulis berdasarkan pengalamanku selama 10 tahun merawat anak pertamaku yang mempunyai alergi susu sapi. Perlu diingat bahwa setiap anak unik dan berbeda. Artikel ini ditulis murni untuk berbagi dan sebagai rekam jejak pengalamanku sebagai orangtua. Pembaca diharapkan tidak mengambil saran dari artikel ini tanpa konsultasi dokter. Jika ada pertanyaan berkaitan dengan kesehatan pembaca, sebaiknya segera dikonsultasikan langsung dengan dokter. Penulis tidak bertanggungjawab atas kerugian apapun yang mungkin terjadi.
Komentar
Btw, saya pribadi juga "alergi" terhadap susu, mbak. Sejak kecil sampe sekarang. Tapi gejalanya agak beda dengan anaknya. Kalo aku diberi minum susu, itu pasti perut mual dan rasanya mau muntah. Jadi sampe skng ga bisa minum susu. Kalau aku jajan, misal beli martabak, atau es, atau apapun. Selalu pesan kepada yg jual, "bu ga usah pake susu" heheh
eh, tapi ga tau yaa. Kasusku ini masuk jenis alergi atau bukan?
dan bener banget mba, dari yg aku baca masing2 anak punya gejala alergi sendiri2 gt
terimakasih sharingnya kak
Betul setiap penderita alergi memang berbeda . Pasalnya, gejala alergi itu buanyak, dari yang ringan sampai yang mengancam nyawa. Penyebab alerginya pun bisa bermacam-macam.
Wah sampe sekarang masih gak tawar susu ya? Kalo setauku gejala yang seperti itu termasuk lactose intollerant, yaitu susah mencerna / tidak tawar laktosa (kandungan dalam susu). Beda dari alergi.
Kalau tetanggaku pernah anaknya alergi. Jadi kalau mamanya makan telur atau ayam, anaknya minum ASI mukanya langsung memerah. Tapi semakin ke sini udah berkurang katanya.
Sebagai ibu,penting mengetahui sejak dini gejala alergi pada anak agar ditangani dengan baik.
Biasanya timbul alergi di sekitar pundak maupun leher pada anak, oh ya, ternyata ada websitenya juga ya kak ? Agar kita bisa tau presentasi resiko alergi pada anak dengan diberi beberapa pertanyaan ya kak, makasih info nya.
Mudah-mudahan ananda sehat, cerdas, bahagia selalu ya, Mah.
Dulu saya nggak tahu kalo ada hal2 yang bersifat alergi yang kalo kita sbg org biasa mikirnya 'kayak gitu aja kok' padahal bisa jadi ngefeknya bisa besar buat si penderita. Dulu saya memahami ini malah baru pas di belanda. nggak boleh ngasih sembarang ke anak orang, karena kita nggak tahu dia alergi thd sesuatu atau nggak. Dulu saya tawarin roti aja karena anaknya deketin, untung belum di makan sama anaknya pas ibunya langsung mendekat dan bilang kalo anaknya alergi makanan tsb.
ah, jadi merasa bersalah. alergi nggak bisa dianggap enteng ya.
byk bgt masalah anak yang harus dihadapain
sbg org tua harus pinter2 dan belajar byk hal demi perkembangan anaknya
padhal susu sapi enak,,,, huhu
Betul. Akhirnya aku pun harus "puasa" susu dan produk olahannya selama 2 tahun menyusui.
Sabar.. Sabar..
Sebagai orangtua anak yang punya alergi, sebel banget kalau ada yang sembarangan ngasih jajan tanpa ijin ke aku dulu.
Sama mbak smpe skrg anak sy umur 3 bln 2 mgg batuk y ga smbuh2 .uda minum pregistimil smpe skrg batuk y ga smbuh.ne dsuruh dokter lg minum susu neocate tu pun batuk ya msh ada bun..kdg ditenggorokan ya bunyi grok grok lg..kira2 anak sy knp y bun kok batuk y ga smbuh2 smpe skrgðŸ˜ðŸ˜
Kalau memang benar anak Mamah batuk karena alergi, Mamah harus perhatikan betul apa yang memicu alerginya. Apa karena makanan, atau suhu udara, atau lainnya. Kalau sudah ketemu sebabnya, harus dihindari supaya alerginya enggak kumat.
Kalau bayi masih menyusu pada Mamah, Mamah juga harus menghindari makan & minum yang memicu alergi, seperti (semua yang terbuat dari) susu, seafood, atau lainnya.
Ini saya jawab menurut pengalaman saya yah. Tapi untuk lebih pastinya, konsultasikan langsung dengan Dokter Spesialis Anak. Karena kondisi kesehatan & fisik setiap anak itu unik dan berbeda.
Semoga ananda cepat sembuh, Mah.
Kalau memang benar anak Mamah hidungnya buntu karena alergi, Mamah harus perhatikan betul apa yang memicu alerginya. Apa karena susu, atau debu, atau suhu udara, atau lainnya. Kalau sudah ketemu sebabnya, harus dihindari supaya alerginya enggak kumat.
Tapi menurut dokter, ciri khas reaksi alergi itu memang hanya muncul/lebih parah pada malam hari.
Kalau anak pertamaku dulu, karena dia sudah terlanjur minum sufor biasa, padahal alergi susu, DSA menyarankan pakai susu Pregestimil.
Beda dari anakku yang ke-2 dan ke-3. Mereka ada risiko alergi, tapi belum kena sufor sama sekali. Jadi DSA menyarankan susu PHP, semacam untuk pencegahan timbulnya alergi.
Ini aku jawab menurut pengalamanku yah. Untuk lebih pastinya, konsultasikan langsung dengan Dokter Spesialis Anak. Karena kondisi kesehatan & fisik setiap anak itu unik dan berbeda.
Semoga ananda cepat sembuh, Mah.