Ide main hari ini adalah belajar mengenal warna untuk balita menggunakan playdough. Kedua anak balita saya, usia 2 tahun dan 5 tahun, sama-sama bisa menikmati aktivitas ini.
Tujuan Aktivitas
Maksud dari aktivitas ini sebenarnya adalah agar anak usia dini bisa mengenal warna-warna turunan (secondary colors) dengan mencampur warna-warna dasar (primary colors). Namun hasil yang didapatkan bisa berbeda, tergantung dari usia dan kemampuan anak.
Untuk Sha (5 tahun) yang kemampuan kognitifnya sudah cukup berkembang, tujuan mengenalkan fakta bahwa "warna sekunder berasal dari campuran warna dasar" bisa tercapai.
Shafiya berhasil mencampurkan playdough warna biru dan kuning dengan baik dan "menemukan bagaimana warna hijau tercipta". Dia bahkan penasaran dengan paduan warna-warna lainnya, dan bertanya, "Kalau warna merah, sama hijau, sama kuning dicampur jadi warna apa?"
Namun untuk Baby El yang masih 2 tahun, dia hanya menikmati bermain dengan playdough sambil membayangkannya sebagai makanan.
Sambil dia sibuk menguleni playdough, saya sebutkan warnanya dan A
Saya rasa itu tidak masalah ya, Mah, selama anak bisa menikmati aktivitasnya. Jika tujuan awal tidak tercapai, bukan berarti kegiatan tersebut sia-sia. Pasti ada manfaat yang didapat anak dari kegiatan tersebut. Semangat, Mah! :)
Umur Berapa Anak Belajar Mengenal Warna?
Merujuk pada Checklist Indikator Perkembangan Anak dalam Konsep Pengembangan PAUD Non-Formal yang disusun oleh Pusat Kurikulum Diknas tahun 2007,
anak usia 2-3 tahun seharusnya sudah bisa membedakan warna dasar (merah, kuning, biru).
Karenanya, Mamah bisa mulai mengenalkan warna pada anak sebelum usia 2 tahun. Dimulai dari warna merah, biru, dan kuning, lalu dilanjutkan dengan warna turunannya, seperti hijau, oranye, dan ungu.
Manfaat Bermain Playdough
Playdough seakan sudah menjadi mainan basic dan utama untuk aktivitas anak usia pra-sekolah. Meskipun terkesan sederhana, playdough memiliki banyak peran dalam mendukung perkembangan anak. Berikut beberapa manfaat bermain playdough:
- Memberi kesempatan pada anak untuk menggunakan imajinasinya;
- Memperkuat otot-otot kecil di jari-jari anak yang nantinya akan digunakan untuk memegang pensil dan menulis;
- Bermain playdough dengan orangtua, teman, atau saudaranya, dapat mendukung perkembangan keterampilan sosial anak, seperti berbagi, bergiliran, dan menikmati kebersamaan dengan orang lain;
- Meningkatkan kemampuan bahasa dan literasi, sains, dan matematika anak.
Alat dan Bahan
- Playdough 3 warna dasar: merah, kuning, dan biru;
- Pisau mainan;
- Worksheet mengenal warna.
Lembar kerja ini, juga playdough-nya, termasuk dalam bundle materials dari program kelas Colors Step 2 yang diadakan oleh Cinnamon Montessori Shool. Baby El sudah mengikuti program ini selama hampir 2 bulan.
Cara Bermain
(1) Biarkan anak mengeksplorasi playdough. Anak bisa mulai meremas-remas playdough, kemudian menguleninya menjadi bentuk yang berbeda.
(2) Anak bisa membentuk playdough menjadi silinder panjang dengan menggulung playdough menggunakan kedua telapak tangan.
Ailsa sedang menggulung playdough menggunakan kedua telapak tangannya |
(3) Setelah menjadi bentuk silinder panjang, Ailsa mengiris-iris playdough menggunakan pisau mainan. Ailsa memang sedang suka mengiris, karenanya saya sediakan pisau mainan dan masukkan kegiatan mengiris dalam aktivitas ini.
Selain mengiris, anak bisa mencuil playdough menjadi bongkahan-bongkahan yang lebih kecil.
(4) Anak bisa menggulung setiap bongkahan kecil tersebut menjadi bundar. Langkah ini opsional juga sebenarnya. Kalau hasil cuilannya mau dibiarkan begitu saja ya tidak apa-apa.
(5) Letakkan bundaran-bundaran kecil di atas worksheet roda warna dengan urutan seperti berikut ini:
biru - biru & merah - merah - merah & kuning - kuning - kuning & biru - kuning & merah & biru
Bundaran playdough disusun di atas worksheet roda warna |
(6) Minta anak untuk menguleni playdough dengan warna berbeda hingga warnanya bercampur dan muncul warna baru.
Yang Perlu Diperhatikan
Sebuah hikmah yang baru-baru saja aku dapat selama membersamai anak belajar di rumah dengan metode Montessori adalah:
I should never expect any outcome. What I should do instead is to observe.
Ya betul kita harus menyediakan aktivitas bermakna untuk anak. Kita pasti punya maksud tersendiri memberikan sebuah kegiatan untuk anak.
Namun sebaiknya kita tidak berekspektasi apapun tentang hasilnya. Dalam kegiatan ini, misalnya, aku tidak mengharapkan anak akan terkagum-kagum setelah menemukan fakta bahwa jika playdough warna kuning dan biru dicampur akan menjadi hijau. Jangan. Nanti kita akan kecewa jika hal itu tidak terjadi.
Sebagai gantinya, kita observasi saja anak selama berkegiatan. Apakah dia mengalami kesulitan? Jika iya, apa itu? Atau sebaliknya, apakah kegiatan ini terlalu mudah bagi anak sehingga dia cepat bosan? Apa yang anak sukai dari kegiatan tersebut? Berapa lama rentang fokusnya?
Meskipun aktivitas ini bertujuan untuk mengajarkan warna campuran pada balita, pada akhirnya Shafiya bereksplorasi dengan playdough, yang sekarang memiliki lebih banyak warna, dan membuat "Pizza Pepperoni", katanya.
Selamat membersamai anak-anak belajar mengenal warna, Mah!
Source:
https://www.naeyc.org/our-work/families/playdough-power
Komentar
Gusti yeni